Tak jauh dari kantor ada sebuah warung kecil atau kami biasa menamainya angkringan. Kami mampir sambil bersantai dengan harapan gerimis bisa reda karena kami tidak membawa payung. Secangkir kopi, 2 bungkus nasi kucing beserta gorengan yang ada telah habis, namun gerimis tidak kunjung reda.
Lari-lari di bawah Hujan Seperti Anak Kecil
Akhirnya kami memutuskan untuk tetap pulang meski cuaca masih gerimis dan tanpa payung. Kami berdua berjalan sedikit lebih cepat, agar tidak terlalu basah. Seperti biasa, kami pulang sambil tertawa-tawa menikmati jarak tempat magang yang tidak jauh dari kosan.
Masih asyik dengan candaan ternyata gerimis makin rapat sehingga kami harus berlari. Ini yang membuat aku semangat dan suka ketawa ketika mengingatnya. Di bawah gerimis yang makin deras kami harus lari bak anak kecil bermain air hujan agar laptop kami tidak basah.
Aku yang memakai tas samping selalu mengejek temanku yang mengenakan tas punggung. Dia tak pernah bisa lari dengan cepat karena tidak mungkin lari sambil memegang tas yang ada di punggung. Berbeda dengan ku yang memakai tas samping.
Berlari dengan menenteng tas disamping. Itulah salah satu kelebihan tas samping kalau dipake buat lari bisa sambil dipegangin. Apalagi kondisi gerimis seperti itu, aku pasti mengejeknya habis-habisan.“Ahahaha, ayo ayooo, lari-lari, kejar aku sini ahaha”, begitulah kurang lebih yang aku ucapkan padanya di trotoar kawasan Simpang Lima Semarang . Di umur kami yang sudah SMK tapi masih sering bercanda seperti layaknya anak kecil. Ngga peduli asal membuat kami bahagia whatever !!!
“Dasar yah, kamu tuh masih saja ngledekin saat seperti ini, tungguin-tungguin” balasnya sambil tertawa di belakangku.
Di jalan Pandanaran yang lebar dan ramai aku harus agak menunggu kalau nyebrang. Sampailah dia kepadaku namun aku segera menyebrang dan lari kembali karena grimis yang belum reda.
Setelah sampai dikosan dia masih ngga terima kalau aku yang beruntung karena memakai tas samping telah meninggalkannya. Ninggalinnya ngga jauh sih cuma sebatas ngga bareng ajah.“Kamu tuh ya selalu beruntung banget” tandasnya ketika baru masuk kamar. Kami tinggal satu kamar selama ngekos di Semarang.
“Makanya jangan suka bercandain orang yang nenteng-nenteng tas di samping”, jawakku masih menertawakannya. Kami masih sering bercanda pada kondisi apapun. Apalagi waktu masih di sekolah dengan teman-teman yang lain.
Memang bercanda layaknya anak kecil meskipun umur sudah bukan anak kecil mengasikkan. Saya rasa ini yang dirakasan hampir semua orang karena bercanda itu tidak mengenal umur seperti yang kami lakukan itu.
Sore itu menjadi sore yang sangat indah bagi kami, sore yang tidak akan pernah telupakan karena di bawah gerimis itu kami bisa tertawa dengan lepas seolah tiada beban dan memang tiada beban, hehheeSore itu boleh kami saling mengejek satu sam lain dengan maksut bercanda. Namun kami tidak memasukkanya ke dalam hati. Buktinya malam harinya kita jalan bareng untuk jalan-jalan. Entah itu hanya untuk membeli makan malam atau memang sengaja jalan-jalan mencari udara segar alias nongkrong-nongkrong.
Taman KB Semarang
Di Semarang memang banyak tempat menarik yang selalu ramai oleh pengunjung terlebih anak-anak remaja seperti kami ini. Salah satunya di Taman KB Semarang, disini sering menjadi tempat ngumpul para remaja yang suka nongkrong. Terkadang di hari tertentu kami sengaja menyempatkan diri untuk jalan-jalan.Seperti hari itu, meskipun sorenya kami harus kehujanan karena tidak membawa jas hujan ataupun payung saat pulang magang tapi malamnya kami menyempatkan untuk jalan-jalan disekitar Taman KB. Selain untuk membeli makan malam, Taman KB lokasinya dekat dengan kosan kami. Sehingga tidak perlu banyak waktu untuk bisa kesana.
Seringnya ya seperti itu, ketika mau membeli makanan untuk makan malam seklaian mampir ke Taman KB. Hanya melihat-lihat seperti apasih suasana Taman KB yag menjadi tempat populer di Semarang ini. Ternyata memang di Taman KB ini ada banyak remaja yang pada bekumpul.